Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Tips Sebelum Membeli Tanah

 

Tips Sebelum Membeli Ta
nah

Tanah itu makhluk-Nya. Saya meyakini, bukan orang yang mencari tanah, melainkan tanah yang mencari orang.Description: 😎 Maksudnya, seringkali kita mencari tanah yang hendak kita bangun rumah, atau pesantren di atasnya, tapi ada saja kendalanya: harga terlampau mahal, tanah masih sengketa, tidak strategis, dll. Tapi kalau tanah yang mencari pemangkunya, maka ada saja jalan keluarnya: ditawari tanah, strategis, harga terjangkau, status AJB/sertifikat, juga boleh dicicil.

Karena punya prinsip begini, saya tidak terburu beli aset berupa tanah. Nunggu ada duwit, tentu saja. Ini yang paling penting. Wkwkwkwk. Juga menunggu orang yang hendak menjual tanahnya. Biasanya ada yang menawari, saya cek lokasi, jika bagus, langsung budal. Beberapa kali beli tanah, ndilalah jalannya seperti ini. Status AJB, ada yang sudah sertifikat, tidak sedang sengketa, dan strategis, minimal di sekitar lokasi pesantren yang kami kelola.

Termasuk yang terakhir. Rencana mau bangun rumah, tapi tidak ada tanah yang cocok. Ada yang bagus, tapi tidak strategis buat mendirikan hunian yang sebagaimana saya idamkan: luas buat parkir tamu, di pinggir jalan, bisa diperluas ke belakang dan samping untuk asrama santri lansia. Saya menunggu saja. Dan sebagaimana prinsip awal, saya menunggu makhluk-Nya yang berjenis serpihan bumi ini untuk saya miliki. Ndilalah, kersane Gusti Allah, ada tetangga pondok yang menawarkan. Saya izin dan minta ridlo ibu saya, diizinkan, dan akhirnya budaaaaal. Deal dan skema pembelian juga bisa dicicil beberapa kali hingga proses balik nama selesai. Baru mengerahkan backhoe (bego) buat bersih-bersih pohon, barongan bambu dan tanaman, juga meratakan tanah untuk persiapan mbangun, ibu berpulang ke Rahmatullah, Juli 2021.

Desember 2021, tetangga lain menawarkan tanahnya. Tepat di belakang lokasi rumah yang sedang saya bangun. Pas. Prosesnya juga mudah, status AJB, tidak berbelit, dan....yang saya suka, boleh dibayar 3 kali angsuran. Tanah sudah memanjang ke belakang, ndilalah tetangga lain menawarkan tanahnya. Kali ini saya yang mumet karena fulus tersedot buat mbangun rumah. Pembelian sengaja saya pending, dan syukurlah orangnya setuju. Jadi nanti bentuk tanahnya L. Minta doanya rek, semoga bisa terbeli juga. Termasuk yang di sampingnya lagi, jadi berbentuk L panjang nanti. Meminjam istilah Ustadz Yusuf Mansur, "Darimana duwitnyaaaaaa. Darri mannaaa?"

Ya embuh. Pokoknya diiyakan saja. Nekat. Semakin banyak cicilan yang kita pikirkan, semakin kita punya strategi jungkir walik cari duwit. Wkwkwkwk

Semakin kuat keyakinan kita kalau Allah Mahakaya, semakin nekat kita. Dalam puncak kenekatan itulah letak tawakkal sesungguhnya. Dan, tentu saja Dia membersamai hamba-Nya yang nekat.

****

Soal tanah, saya teringat keistimewaan almaghfurlah KH. Mahsun Masyhudi, Pendiri PP. Mamba'ul Ihsan, Banyuurip, Ujungpangkah, Gresik, yang wafat pada 2019.

Sebagaimana saya dengar dari beberapa santrinya, Kiai Mahsun seringkali dimintai petunjuk lahan mana yang cocok untuk pondok dan lembaga pendidikan, dan mana yang pas untuk bisnis. Biasanya santri sowan dengan membawa segenggam tanah, lantas oleh beliau ditirakati, apakah tanah dari lahan tersebut cocok untuk pondok atau justru lebih pas untuk dibangun toko di atasnya. Ilmu ini sudah langka dan jarang yang menguasainya, dan Kiai Mahsun adalah salah satu pemilik kemampuan langka ini.

Ketika ngisi acara di Ponpes Jalaluddin Rumi, Jenggawah, Jember, pada Ramadan silam, KH. Malthuf Siroj, pendiri dan pengasuh, bercerita kepada saya, tentang seorang kiai yang punya kemampuan khas seperti Kiai Mahsun Masyhudi. Kalau nggak salah dari Situbondo. Kiai inilah yang beberapa tahun silam pernah bilang ke masyarakat sekitar pesantren, kalau kelak di tanah tegalan itu akan berdiri sebuah pondok besar.

Para leluhur kita memang tidak sembarangan apabila mau mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Bukan hanya tinjauan strategis-geografis yang menjadi pertimbangan utama, melainkan pada aspek keberkahan maupun “x factor”. Ada tanah yang strategis jika ditinjau dari aspek geografis-politis, namun ternyata dianggap tidak membawa keberkahan apabila di atasnya didirikan lembaga pendidikan. Mereka yang memiliki ketajaman mata batin biasanya yang bisa melihat di manakah tanah yang memiliki keberkahan untuk didirikan sebuah lembaga pendidikan.

Dalam istilah yang khas, disebut sebagai tanah yang “hangat dan wangi”. Sebab, hal ini bakal mempengaruhi tingkat kebetahan para santri yang tinggal di dalamnya, keamanan, keayeman masyarakat di sekelilingnya, dan hawa nyaman yang meliputinya.

****

Aset ada tiga Aset tidak bergerak berupa rumah, tanah, sawah, tegalan, dll , termasuk emas, yang valuasinya naik saban tahun. Tidak bakal rugi juga "memaksa" diri bekerja keras menyediakan jenis aset ini.

Gus Baha', dalam salah satu nukilan ceramah yang saya temui di Tiktok, pernah bilang kalau beliau membangun beberapa rumah sederhana untuk diwariskan ke anak-anaknya kelak. Anak beliau dua (sebagaimana dituturkan dalam ceramah), tapi Gus Baha' punya 3-4 rumah. Pertimbangan beliau soal agama. Jangan sampai kelak ketika anak-anak beliau berdakwah masih direpotkan urusan keluarga. Faktor lain, dengan mengutip Surat Al-Hasyr ayat 9, beliau bilang kalau para sahabat Anshar dipuji Allah bukan lantaran keimanannya, melainkan karena membangun rumah lebih dulu.

Sedangkan jenis yang kedua adalah aset yang valuasinya turun. Biasanya bersifat teknologikal. Hape, laptop, kendaraan, dan barang elektronik. Setiap bulan nilainya pasti turun. Harga purnajual pasti meleset anjlok. Banyak yang punya banyak aset teknologikal seperti ini, sayang tidak berpikir untuk menyediakan aset berupa tanah, yang alih-alih turun nilainya, justru naik setiap tahun.

Tinggal kita pilih yang mana, mau menumpuk aset pertama, atau kedua. Nekat adalah jalan ninja

SUMBER DARI STATUS FB

Rijal Mumazziq Z (Rektorinaifasjember)

https://www.facebook.com/penerbit.imtiyaz

 

Post a Comment for "Tips Sebelum Membeli Tanah"